9 research outputs found

    Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dan Tingkat Stress Terhadap Asupan Mikronutrien Pada Remaja Di Kota Malang

    No full text
    Ketidakseimbangan asupan dan penggunaan energi di dalam tubuh dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan gizi. Salah satu faktor yang memperngaruhi adalah faktor sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi memiliki pengaruh terhadap daya beli keluarga dan kemampuan dalam memilih makanan. Kemampuan daya beli akan mempengaruhi asupan sehari-hari remaja yang dapat berdapampak pada baik dan buruknya status gizi remaja. Berkaitan dengan asupan makanan, makronutrien dan mikronutrien merupakan kelompok utama nutrisi (zat gizi) dalam makanan yang dapat mempengaruhi gejala depresi pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara status sosial ekonomi dan tingkat stress terhadap asupan mikronutrien pada remaja di Kota Malang Penelitian ini mengguankan metode observasi analitik dengan rancangan/ desain Cross Sectional. Sampel penelitian sebanyak 415 siswa/i SMA/sederajat di Kota Malang. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ayah responden tergolong kategori tinggi, sebagian besar tingkat pendidikan ibu responden tergolong kategori tinggi, sebagian besar tingkat pendapatan orang tua tergolong cukup, dan sebagian besar responden dengan besar keluarga dalam kategori kecil. Asupan vitamin B12, asam folat, kalsium, magnesium, zat besi, dan zinc pada remaja di Kota Malang sebagian besar kurang (defisit) sedangkan asupan vitamin c dan B6 sebagian besar berlebih. Tingkat stress pada remaja sebagian besar mengalami stress normal. Terdapat hubungan antara pendidikan ayah dengan asupan vitamin B6 (p-value= 0,044) dan kalsium (p-value= 0,016) pada remaja serta terdapat hubungan antara asupan kalsium (p-value= 0,024) dengan tingkat stress pada remaja

    Narrative Literature Review: Studi Kualitatif Implementasi Community Based Management of Acute Malnutrition (CMAM) pada Sistem Kesehatan di Wilayah ASIA

    Get PDF
    Hampir 20 juta anak balita menderita Severe Acute Malnutrition (SAM) dan sebagian besar terjadi di Asia yaitu 0,6 juta di Afghanistan, 0,6 juta di Bangladesh, 8,0 juta di India, 1,2 juta di Indonesia, 1,4 juta di Pakistan, dan 0,6 juta di Yaman Hal ini sesuai dengan laporan tahunan bahwa cakupan mencapai angka kesembuhan minimum yaitu 75% dan proporsi cakupan sekitar 20% dalam menjangkau malnutrisi pada anak. Banyak aspek yang berkontribusi atas implementasinya dalam system kesehatan berbagai Negara dengan kebijakan berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi / penerapan Community Based Management of Acute Malnutrition (CMAM) pada system kesehatan, terkait hambatan, tantangan, peluang serta efektivitasnya dengan metode Narrative Literature Review. Berdasarkan hasil temuan jurnal utama yang telah melakukan penelitian di Bangladesh dan Pakistan, didapatkan hasil bahwa dalam implementasi CMAM ada banyak sekali faktor yang berkontribusi. Hal tersebut sesuai dengan 6 Building Block dari WHO tentang system kesehatan yaitu terkait Nutrition Governant, Nutrition Financing, pelayanan, sumber daya manusia, peralatan dan perlengkapan serta mekanisme pelaporan gizi. Dari hal tersebut, didapatkan masing masing hambatan, tantangan, peluang serta efektivitas CMAM dari tiga komponen inti CMAM yaitu Jangkauan Masyarakat, Rawat Jalan dan Rawat Inap.Timbul tema tema baru, yang mempengaruhi 6 inti Building Block dari WHO tersebut dan sesuai dengan lima elemen kunci integrasi CMAM. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada implementasinya, CMAM dirasa sudah cukup efektif dalam menjangkau malnutrisi dinilai dari komponen CMAM yang cukup mumpuni dan berkesinambungan untuk menciptakan optimalnya mengatasi malnutrisi pada anak. Diperlukan pendekatan dari sector pemerintah, sehingga implementasinya oleh system kesehatan kepada masyarakat juga dapat lebih optimal

    Literature Review: Peran Nenek Selaku Pengasuh dalam Pemberian MPASI Baduta pada Ibu Bekerja

    No full text
    WHO dan UNICEF telah merekomendasikan bahwa pemberian MPASI pada anak sebaiknya dimulai pada usia 6 bulan untuk menunjang tumbuh kembangnya. Namun, di masyarakat ditemukan praktik pemberian MPASI dini yang cukup tinggi yaitu sebesar 32,1% di beberapa negara. Salah satu penyebabnya adalah kondisi ibu yang bekerja, yang mana ibu akan meninggalkan anak bersama pengasuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengasuh dalam memberikan MPASI baduta pada ibu bekerja dengan menggunakan metode literature review. Berdasarkan hasil tinjauan ulang pada jurnal acuan yang telah melakukan penelitian di negara Selandia Baru, Brazil, Afrika Selatan, dan Ethiopia Timur, didapatkan hasil bahwa pengasuh yang paling dominan adalah nenek. Nenek memiliki peran sebagai pengambil alih peran yang ada di suatu keluarga, pemberi rekomendasi kepada ibu, dan sebagai cerminan ataupun panutan ibu terutama saat pemberian MPASI. Nenek mempertimbangkan kondisi perekonomian, kebudayaan, dan pengetahuannya saat menjalankan peran tersebut yang tercermin dalam praktik pemberian MPASI, termasuk pada pemilihan bahan makanannya. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai panutan ibu dalam mengasuh baduta, nenek mempertimbangkan beberapa kondisi di atas yang menyebabkan praktik pemberian MPASI dini masih ditemukan di masyarakat. Maka dari itu, diperlukan pendekatan dari sektor tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pemahaman kepada pengasuh terkait praktik pemberian MPASI yang tepat sesuai dengan rekomendasi WHO

    Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Kota Malang

    No full text
    Usia remaja termasuk usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus terutama asupan makan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan remaja. Menurut Riskeskas 2013 sebesar 93,5% penduduk usia ≥10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh sosial ekonomi keluarga meliputi aspek pendidikan dan pendapatan orang tua, serta besar keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja. Jenis penelitian ini adalah observatif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel penelitian merupakan siswa/i SMA/sederajat. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Penelitian dilakukan pada sembilan SMA/sederajat yang ada di lima kecataman di Kota Malang dengan total 415 responden. Pengambilan data sosial ekonomi menggunakan googleform dan konsumsi buah dan sayur menggunakan metode SQ-FFQ. Uji statistik yang digunakan adalah Spearman test dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis konsumsi buah dan sayur remaja menunjukkan rerata konsumsi buah remaja yaitu 99,91±238,65 g/hari dan konsumsi sayur 15,05±180,59 g/hari. Sebesar 61,9% remaja tergolong cukup konsumsi buah dan 89,2% remaja tergolong kurang konsumsi sayur. Hasil uji bivariat menunjukkan ada hubungan antara status sosial ekonomi dari aspek tingkat pendidikan ayah (p-value= 0,042, r=0,100), tingkat pendidikan ibu (p-value= 0,000, r=0,221), dan tingkat pendapatan orang tua (p-value= 0,000, r=0,371) dengan konsumsi buah responden, sedangkan tidak terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dari aspek besar keluarga. Tidak terdapat hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dari aspek tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja

    Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Asupan Energi Dan Zat Gizi Makro Pada Remaja Di Kota Malang.

    No full text
    Makanan mengandung zat gizi yang berbeda seperti karbohidrat, lemak, protein. Masalah gizi disebabkan oleh asupan yang salah, termasuk pola konsumsi dan keanekaragaman pangan serta keseimbangan asupan energi dan zat gizi makronutrien. Masalah gizi pada remaja yaitu anemia, KEK, dan obesitas. Faktor yang mempengaruhi asupan makanan pada keluarga yaitu sosial ekonomi yang berupa pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan asupan energi dan zat gizi makro pada remaja di Kota Malang. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel 391 dipilih dengan metode multistage random sampling. Penilaian asupan energi dan zat gizi makro menggunakan formulir Semi Quantitative Food Frequency (SQ-FFQ). Hasil Analisis menunjukkan tingkat konsumsi energi sebesar 30,1% responden tergolong normal, protein dan lemak sebesar 80,7% responden tergolong lebih dari AKG, karbohidrat sebesar 76,9% responden defisit tingkat berat. Hasil analisis Uji Spearman didapatkan terdapat hubungan yang signifikan untuk kategori pendidikan ayah dengan konsumsi energi p = 0,001 r = 0,164, lemak p = 0,027 r= 0,109, dan pendidikan ibu dengan energi p = 0,004 r = 0,140 dan karbohidrat p= 0,038 r= 0,102, serta total pendapatan dengan asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat p=0,000 r=0,499. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pen-didikan ayah dengan asupan protein p = 0,497 dan karbohidrat p = 0,053, dan tidak terdapat hubungan yang signfikan antara pendidikan ibu dengan protein p = 0,652 dan lemak p= 0,147. Serta besar keluarga dengan asupan energi p = 0,904, protein p = 0,148, lemak p = 0,229 dan karbohidrat p = 0,52

    Hubungan Jumlah Anak dan Jumlah Anggota Keluarga dalam Rumah Tangga terhadap Keragaman Makanan Keluarga di Malang Raya, Jawa Timur

    No full text
    Indonesia sedang mengalami beban masalah gizi ganda yaitu kekurangan dan kelebihan gizi. Konsumsi makanan yang beragam merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Indonesia memiliki angka konsumsi keragaman makanan keluarga yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah anak dan jumlah anggota dalam rumah tangga merupakan faktor yang mempengaruhi keragaman makanan keluarga. Keragaman makanan dinilai menggunakan kuisioner Household Dietary Diversity Score (HDDS) dari FAO. Penelitian ini melibatkan 135 keluarga di wilayah Malang Raya yang dipilih dengan metode Systematic Random Sampling. 72 keluarga (53,3%) sudah mengonsumsi makanan yang beragam, 62 keluarga (45,9%) mengonsumsi makanan yang cukup beragam dan masih ada 1 keluarga (0,7%) yang mengonsumsi makanan yang tidak beragam. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keragaman makanan yang dikonsumsi keluarga (p = 0,169). Tidak terdapat pula hubungan antara jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga dengan keragaman konsumsi keluarga (p = 0,154). Tidak adanya hubungan antara kedua variabel disebabkan oleh adanya variabel perancu yang lebih berpengaruh seperti pendapatan keluarga, daya beli, dan pengetahuan. Meskipun tidak ada hubungan, tetapi penelitian menunjukkan keragaman makanan keluarga di Malang Raya sebagian besar termasuk dalam kategori beragam. Kendati demikian, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat memilih responden yang homogen dari segi pendapatan karena variable tersebut cukup besar pengaruhnya pada variable keragaman makanan

    Perbedaan Preferensi Makan pada Orang Dewasa Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi Selama Pandemi COVID-19

    No full text
    Preferensi makanan dapat mempengaruhi status kesehatan dan status gizi, serta dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pola konsumsi dan kebiasaan makan sehari-hari. Kejadian pandemi COVID-19 mempengaruhi pola konsumsi makanan pada kelompok masyarakat, terutama pada masyarakat usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan preferensi makan pada orang dewasa selama pandemi COVID-19 berdasarkan katakteristik sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross�sectional dilakukan kepada 249 responden usia 26-50 tahun yang dipilih secara acak menggunakan survei online melalui Google Form. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Food Preference Questionnaire yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi makanan orang dewasa cenderung sangat suka untuk kategori sayur (49.5%) dan buah (45.8%). Untuk kategori lauk hewani (39.8%) dan makanan tinggi lemak (40.2%) cenderung agak suka. Untuk kudapan (38.2%) dan sumber karbohidrat (37.3%) cenderung biasa. Sementara untuk kategori jerohan, orang dewasa yang memiliki preferensi biasa dan sangat suka sama, yaitu 26.1%. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat perbedaan pada preferensi makan kategori sayur berdasarkan jenis kelamin, kategori sumber karbohidrat berdasarkan pekerjaan, dan kategori sayur dan jerohan berdasarkan pendidikan (p = 0.033; 0.023; 0.028; 0.009). Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan preferensi makan pada kategori buah, lauk hewani, kudapan, sumber karbohidrat, jerohan, dan makanan tinggi lemak (p = 0.961; 0.766; 0.932; 0.122; 0.082; 0.857). Berdasarkan usia, tidak terdapat perbedaan preferensi makan pada semua kategori makanan (p = 0.122; 0.228; 0.380; 0.098; 0.375; 0.260; 0.971). Berdasarkan pekerjaan, tidak terdapat perbedaan preferensi makan pada kategori sayur, buah, lauk hewani, kudapan, jerohan dan makanan tinggi lemak (p = 0.187; 0.485; 0.825; 0.407; 0.174; 0.666). Berdasarkan pendidikan, tidak terdapat perbedaan preferensi makan pada kategori buah, lauk hewani, kudapan, sumber karbohidrat dan makanan tinggi lemak (p = 0.281; 0.728; 0.279; 0.781; 0.410)

    Perbedaan Konsumsi Buah, Sayur, Suplemen Vitamin dan Mineral pada Orang Dewasa Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia berdasarkan Determinan Sosio Demografi

    No full text
    Pandemi COVID-19 (The 2019 Corona Virus Disease) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, yang dalam waktu kurang dari 6 bulan sudah dapat menginfeksi hampir setiap negara di dunia. Penyakit ini memiliki gejala yang ringan hingga berat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Adanya pandemi ternyata berpengaruh terhadap perilaku makan, termasuk dalam hal konsumsi buah, sayur, dan suplemen. Di Italia, adanya pandemi membuat masyarakat meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Sedangkan di Amerika, pandemi membuat konsumen meningkatkan pembelian konsumen mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi buah, sayur dan suplemen vitamin dan mineral pada masyarakat dewasa Indonesia yang dibedakan berdasarkan determinan sosio demografi di tengah pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 249 orang dari seluruh Indonesia, yang didapatkan dengan metode random sampling/probability sampling dengan prinsip self-selected respondent. Berdasarkan analisis uji beda Kruskall-Wallis, nilai p value untuk konsumsi sayur berdasarkan pendidikan terakhir dan status pernikahan, konsumsi buah berdasarkan jumlah pendapatan, dan konsumsi suplemen vitamin dan mineral berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, dan status pernikahan menunjukkan hasil <0,05. Dengan demikian, terdapat perbedaan konsumsi sayur berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dan status pernikahan, terdapat perbedaan konsumsi buah berdasarkan jumlah pendapatan, dan terdapat perbedaan konsumsi suplemen vitamin & mineral berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, dan status pernikahan. Dalam penelitian selanjutnya yang sejenis, perlu dilakukan penambahan dan pemerataan sampel dari seluruh daerah di Indonesia, lebih baik dilakukan pengambilan data secara offline, dan pemilihan rentang usia yang lebih luas

    Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Indeks Kualitas Diet Remaja SMA Putri Saat Pandemi COVID-19.

    No full text
    Coronovirus 2019 (COVID-19) merupakan pandemi yang tidak hanya mempengaruhi bidang kesehatan saja namun juga mempengaruhi kondisi status sosial ekonomi keluarga remaja putri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi dengan indeks kualitas remaja SMA putri di Samarinda saat pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan teknik sampling menggunakan stratified non random sampling dengan jumlah sampel 96 siswi yang bersekolah di Kota Samarinda, instrumen yang digunakan menggunakan kuesioner status sosial ekonomi dan kualitas diet menggunakan form SQ-FFQ. Selanjutnya, dilakukan uji analisis menggunakan uji Spearman. Diketahui remaja putri memiliki kualitas diet yang baik sebesar 78.13% faktor yang dapat mempengaruhi kualitas diet yang baik pada remaja putri di Sa-marinda adalah pengetahuan terkait gizi dan pola makan remaja putri di Sa-marinda kemudian hasil yang diperoleh dari uji korelasi Spearman adalah tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas diet remaja SMA putri (p-value 0.765). Hal yang dapat menyebabkan tidak ada hubungan antar variabel disebabkan oleh emotional eating, tingkat aktivitas fisik, dan ketersediaan bahan pokok saat pandemi. Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas diet remaja SMA putri
    corecore